Rabu, 03 Oktober 2012

Tugas KEDUA, CONTOH KASUS BISNIS YANG TIDAK BERETIKA


Nama               : Apriyanto Muchid
Npm                : 10209647
Kls                    : 4 EA 16
Tugas KEDUA,  CONTOH KASUS BISNIS YANG TIDAK BERETIKA
Mata kuliah     : Etika Bisnis #
Dosen              : Sri Murtiasih

Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Nantinya, jika sebuah perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang baik, bukan hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang akan menikmati keuntungan, tetapi juga perusahaan itu sendiri.

Didunia usaha khususnya perusahaan periklanan, secara kondisioal iklan di maksudkan untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen. Kerena itu iklan harus dibuat semenarik dan sedramatis mungkin sehingga mau tidak mau konsumen akan tertarik untuk memperhatikannya. Iklan merupakan suatu proses kerja yang sangat penting dalam menunjang performancesuatu perusahaan dihadapan masyarakat. Oleh karena itu untuk menghasilkan iklan yang sesuai dengan kepentingan perusahaan maka iklan harus dirancang secara matang dari proses assignment yang diberikan perusahaan, proses kreatifnya, proses produksi sampai pada proses pilihan waktu penayanngannya.

Hal yang menjadi sorotan masalah iklan adalah sejauh mana komitmen moral atau etika bisnis yang dimiliki perusahaan dalam mempertanggungjawabkan materi atau isi pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Hal ini sangat penting mengingat produk dipasaran sangat banyak jumlahnya, dan pengetahuan konsumen tentang produk lebih banyak didapat dari informasi produsen.Dalam hal berbagai produk yang sejenis tidak mustahil produsen tertentu tergoda untuk memanipulasi informasi sehingga produknya mempunyai daya tarik yang lebih besar bagi para konsumen.Etika bisnis dalam mengkampanyekan produk kepada khalayak sasaran memang penting dipahami oleh pihak produsen. Hal ini agar masyarakat tidak merasa tertipu oleh sajian – sajian iklan yang “bombastis” yaitu khalayak mendapat informasi yang sebanarnya dari produk yang diiklankan.Secara umum tradisi beriklan yang sehat yang dapat mendorong terwujudnya citra produk dicirikan oleh tiga aspek penting yaitu:

Etis, Estetis, Artistik

Etis : berkaitan dengan kepantasan, Apakah iklan itu pantas untuk ditayangkan? secara etika memang iklan harus ah memuat sesuatu yang jujur tapi bukan berarti lalai dengan ke-etis-an iklan tersebut. Sebagai contoh, seorang produsen mengiklankan produk pembalut wanita, tidak mungkin seorang produsen memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut, atau iklan sabun mandi, tidak mungkin juga para produsen mengiklankan sabun mandi dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh. Karena hal itu berkaitan juga dengan norma-norma, yang berlaku dalam masyarakat. Jadi intinya iklan harus menampilakan sesuatu yang pantas yang tidak bertentangan dengan norma-nama, atau kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Estetis
Estetis berkaitan dengan kelayakan, kepada siapa iklan itu ditujukan siapa target marketnya, siapa target audiennya, kapan iklan terebut harus ditayangkan. Produsen rokok selalu menayangkan iklannya pada waktu-waktu dimana anak kecil sudah tidur. Ya.. Memang harus demikian, karena iklan itu hanya ditujukan untuk orang dewasa.

Selanjutnya adalah Estetika

Berkaitan dengan keindahan, seni. Selain etis, estetis iklan juga harus mengandung daya tarik seni, estetika. Agar iklan itu mach, dan tidak membosankan selain itu iklan dengan estetika yang baik, juga akan mengundang daya tarik khalayak (desire) untuk memperhatikan iklan tersebut dan kemudian melakukan action membeli dan menggunakan produk tersebut

Oleh sebab itu menurut Badan Pengawas Periklanan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) sedikitnya telah menegur 56 perusahaan iklan atas pelanggaran etika selama dua tahun terskhir ini.

Contoh kasus :

SEBANYAK 56 BIRO IKLAN MELAKUKAN PELANGGARAN ETIKA.

Laporan : H.Erry Budianto.

Bandung-Surabayawebs.com

Badan Pengawas Periklanan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) sedikitnya telah menegur 56 perusahaan iklan atas pelanggaran etika selama dua tahun terakhir ini.

Pelanggaran ini berupa penampilan iklan yang superlative, yaitu memunculkan produk sebagai yang terbaik atau termurah. Iklan superlative ini acapkali dibumbui kecenderungan menjatuhkan pesaing di pasaran. “Jika semua bilang baik, termurah, ini akan membingungkan masyarakat dan pelanggan,” ujar Ketua Badan Pengawas PPPI, FX Ridwan Handoyo kepada wartawan, belum lama ini.

Dia mencontohkan iklan pada industri telekomunikasi. Setiap operator telekomunikasi mengaku menawarkan tariff termurah. Bahkan ada iklan yang menyebutkan bahwa produk paling murah meriah. Juga ada iklan produk kesehatan atau kosmetik yang menyebutkan paling efektif. “Tapi semua iklan superlative itu tidak didukung oleh bukti yang kuat. Jadi bisa merugikan masyarakat dan pelanggannya,” tuturnya kemudian.

Surat teguran dilayangkan setelah Badan Pengawas PPPI menemukan dugaan pelanggaran berdasarkan pengaduan masyarakat atau hasil pantauan, Kepada perusahaan periklanan anggota PPPI, Badan pengawas PPPI melakukan peneguran sekaligus meminta keterangan. Sedangkan kepada perusahaan non anggota, surat teguran berupa imbauan agar menjunjung tinggi etika beriklan.

Ridwan menyebutkan dari 149 kasus yang ditangani Badan Pengawas PPPI, tahun 2006 sebanyak 56n kasus dan 93 kasus di tahun 2007. Sebanyak 90 kasus telah dinyatakan melakukan pelanggaran dan 44 kasus lainnya masih dalam penanganan. Dari yang diputus melanggan etika, 39 kasus tak mendapatb respon oleh agensi. Untuk itu BP PPPI menruskannya ke Badan Musyawarah Etika PPPI.

Jumlah perusahaan periklanan yang melakukan pelanggaran cukup banyak itu ada kemungkinan terjadi akibat tidak adanya sanksi yang tegas bagi pelanggar. Diakuinya, selama ini rambu-rambu periklanan hanya diatur dalam bentuk Etika Periklanan Indonesia. “Mungkin karena belum ada aturan hukum yang jelas, pelanggaran tetap banyak,’ katanya.

Sumber :http://cocomaje.blogspot.com/2009/10/tugas-etika-bisnis-2-contoh-kasus.html

KOMENTAR :
Harus adanya peraturan-peraturan yang jelas dan sangsi yang tegas bagi suatu perusahaan yang melanggar etika dalam bisnis, agar pelanggaran etika dapat di kurangi semaksimal mungkin. 

Tugas pertama, PENGERTIAN BISNIS, PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN INDIKATOR ETIKA BISNIS

Nama               : Apriyanto Muchid
Npm                : 10209647
Kls                    : 4 EA 16
Tugas pertama,  PENGERTIAN BISNIS, PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN INDIKATOR ETIKA BISNIS
Mata kuliah     : Etika Bisnis #
Dosen              : Sri Murtiasih

PENGERTIAN BISNIS

 Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

  Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

  Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya “bisnis pertelevisian.” Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi “bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini
.
Jenis-jenis Bisnis

1.Monopsoni
Monopsoni, adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas.Kondisi Monopsoni sering terjadi didaerah-daerah Perkebunan dan industri hewan potong (ayam), sehingga posisi tawar menawar dalam harga bagi petani adalah nonsen. Perlu diteliti lebih jauh dampak fenomena ini, apakah ada faktor-faktor lain yang menyebabkan Monopsoni sehingga tingkat kesejahteraan petani berpengaruh.
Contohnya : hanya ada satu perusahaan yang menangani kereta api di Indonesia yaitu, PT.KAI

2. Monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai “monopolis”.
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap

3. Oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.

 Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.

Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.

4. Oligopsoni, adalah keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas.


SUMBER:
http://www.kurniafm.com/2011/06/definisi-dan-pengertian-bisnis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Jenis_bisnis
http://dahlia-lya.blogspot.com/2011/11/pengertian-bisnis.html

PENGERTIAN ETIKA BISNIS

 Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Sumber : Wikipedia Indonesia

INDIKATOR ETIKA BISNIS
 
Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis tidak sesadis yang dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis dan perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai jalan untuk menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih dari mesin pengganda modal atau kapitalis.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.
Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1.   Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2.   Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3.   Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4.   Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5.   Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6.   Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
 
Sumber : http://melvino84.blogspot.com/2011/10/indikator-etika-bisnis_14.html
 

Selasa, 02 Oktober 2012

Tulisan delapan , ketika cinta di bentangkan.

Nama               : Apriyanto Muchid
Npm                : 10209647
Kls                    : 4 EA 16
Tulisan delapan , ketika cinta di bentangkan.

Mata kuliah     : Etika Bisnis #
Dosen              : Sri Murtiasih


Ketika cinta dibentangkan,
Ketika cinta dibentangkan, ternyata segala sesuatu tertampung di dalamnya. Dan ternyata adanya kuda mengangkat kaki agar tidak menginjak anaknya, juga karena cinta. Bahkan di antara peperangan-peperangan yang ada, terdapat peperangan yang paling indah sepanjang sejarah yaitu Fathu Makkah, itupun juga karena cinta Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ pada sesama manusia. Sehingga yang mestinya Makkah banjir darah karena kesalahan penduduknya yang tak terhingga itu; ternyata justru indah terhias air-mata-bahagia karena ampunan dan cinta terindah baginda yang dibentang untuk mereka lebih luas.[1] Berangkat dari itulah betapa seorang akan hebat jika telah mampu mengembangkan atau memupuk dan meletakkan cinta pada tempatnya.
Cinta mengandung kasih, sabar, adil dan semuanya yang baik. Betulkah cinta adalah rahmat itu sendiri?. Ada orang yang memberanikan diri menjawab, “Kalau urainnya seperti di atas maka pendapat tersebut betul. Karena rahmat dalam bahasa Arab adalah isim marrah, yakni kata benda abstrak yang menjelaskan sekali perbuatan. Jadi rahmat adalah cinta kasih Allah pada hamba-Nya yang dituangkan sekali, namun karena sangat banyak maka menenggelamkan dan memuat segala sesuatu dan abadi. Saat terjadi kiamat, rahmat dicabut digabungkan dengan 99 rahmat lainnya untuk ahli surga. Sementara kalau uraianya tidak seperti di atas, jelas pendapat tersebut keliru.”

Bagaimana cara mengembangkan, memupuk dan meletakkan cinta pada tempatnya?. Menurut Allah, “وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ .”
Artinya:
Dan rahmat-Ku memuat segala sesuatu. Dia akan Aku pastikan secara khusus untuk orang-orang yang bertaqwa dan melunasi zakat, dan pada orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami.” [Qs Al-A’raf 156].
Yakni bahwa bertaqwa, melunasi zakat dan mengimani ayat-ayat Allah berdampak mendapat rahmat yang luas. Berarti dengan memupuk taqwa secara tidak langsung telah memupuk rahmat atau cinta itu sendiri.
Bertaqwa ialah menghindari perbuatan dosa agar selamat dari neraka. Adapun tanda ketaqwaan seorang sempurna; jika dia meninggalkan yang tidak berdosa karena takut kalau-kalau berdosa. Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda, “لاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ.”
Artinya:
Seorang hamba takkan sampai pada golongan orang-orang taqwa hingga dia meninggalkan yang tidak berdosa karena khawatir berdosa.” [HR Tirmidzi].

Makalah mengenai taqwa diabadikan oleh Allah adalah makalah Nabi Yusuf AS, “إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ .”
Artinya:
Sesunguhnya barang siapa bertaqwa dan bersabar, maka Allah takkan menyia-nyikan pahala orang-orang ichsan.”
Dan makalah tersebut dilontarkan pada kakak-kakaknya setelah mereka terperangah pada Yusuf عَلَيْهِ السّلَامُ yang dulunya adik yang mereka sia-sia, ternyata akhirnya menjadi orang besar. Tujuan Yusuf عَلَيْهِ السّلَامُ agar mereka tahu bahwa taqwa tidak hanya membuahkan keuntungan di akhirat saja. Yakni Yusuf عَلَيْهِ السّلَامُ mendapat derajat setinggi itu pun sebetulnya karena bertaqwa dan bersabar alias berichsan.
Uraian ini sebagai hujah bahwa mengembangkan dan memupuk cinta Allah adalah dengan cara memupuk ketaqwaan. Dan jika ketaqwaannya telah terpupuk; maka saat itu pula Allah merahmatinya sehingga dia bisa mengendalikan diri. Sabda Nabi Yusuf عَلَيْهِ السّلَامُ yang diabadikan oleh Allah mengenai pengendalian diri, “وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ.”
Artinya:
Dan saya takkan membebaskan diriku. Sungguh diri seorang sangat perintah pada kejelekan, kecuali di saat Tuhanku merahmatinya. Sungguh Tuhanku Maha pengampun Maha penyayang.”

Jika ada yang bertanya, “Mana yang diartikan di saat pada lafal ayat tersebut (مَا رَحِمَ رَبِّي)?,” jawabannya, “Maa (مَا) sebelum rahima Rabbii (رَحِمَ رَبِّي)."[2] Lihatlah penjelasannya di dalam Tafsir Al-Alusi berbahasa Arab.
Dan karena Yusuf AS bisa mengendalikan diri, maka sopan, berwawasan jauh ke depan, dan tidak tamak. Sampai-sampai Rasulullah صَلّى عَلَيْهِ اللّهُ وَسَلّمَ bersabda, “عَجِبْتُ لصبرِ أَخِي يُوسُفَ وكَرَمِهِ وَاللَّهُ يَغْفِرُ لَهُ حَيْثُ أُرْسِلَ إِلَيْهِ ليُسْتَفْتَى فِي الرُّؤْيَا، وَلَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أَفْعَلْ حَتَّى أَخْرُجَ، وعَجِبْتُ لصَبْرِهِ وكَرَمِهِ وَاللَّهُ يَغْفِرُ لَهُ أُتِي لِيَخْرُجَ فَلَمْ يَخْرُجْ حَتَّى أَخْبَرَهُمْ بِعُذْرِهِ، وَلَوْ كُنْتُ أَنَا لبادرتُ الْبَابَ، وَلَوْلا الْكَلِمَةُ لَمَا لَبِثَ فِي السِّجْنِ حَيْثُ يَبْتَغِي الْفَرَجَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ قَوْلُهُ: "اذْكُرْنِي عِنْدَ رَبِّكَ".
Artinya:
Saya telah takjub pada kesabaran dan pada tata-kerama Yusuf saudaraku. Semoga Allah mengampuni padanya; di mana seorang diutus datang padanya untuk minta fatwa tentang mimpi raja. Kalau saya yang menjadi dia, saya justru tak mau memberi fatwa sangat berharga itu, sehingga saya keluar dari penjara tersebut. Saya telah takjub pada kesabaran dan tata-kerama Yusuf. Semoga Allah mengampuni padanya. Dia telah didatangi seorang utusan agar keluar dari penjara, namun tak mau keluar hingga dia menjelaskan pada mereka tentang alasannya. Kalau saya yang menjadi dia tentu saya telah mendahului ke pintu-keluar. Kalau tiada kalimat tersebut di mana dia minta tolong dari sisi selain Allah, niscaya dia tidak bertempat di dalam penjara selama itu. Yakni ucapan Nabi Yusuf عَلَيْهِ السّلَامُ (pada temannya yang keluar dari penjara), “Tuturkan saya di sisi tuanm

Tulisan enam, Jika kamu merasa sepi.. Hiasi hatimu dgn membaca.

Nama               : Apriyanto Muchid
Npm                : 10209647
Kls                    : 4 EA 16
Tulisan enam,  Jika kamu merasa sepi.. Hiasi hatimu dgn membaca.
Mata kuliah     : Etika Bisnis #
Dosen              : Sri Murtiasih


Jika kamu merasa sepi.. Hiasi hatimu dgn membaca.

Jika kamu merasa sepi.. Hiasi hatimu dgn membaca Al-Qur'an..
Jika kamu merasa gelisah..
Maka pbnyak dzikir dan sholatlah..
Jika kamu merasa sendiri..
Ingatlah akan keluarga+sahabat yg menemani..
Jika kamu merasa kecil dihadap-NYA..
Maka trzlah bsyukur atas sgla nikmat dari-NYA..

Tulisan tujuh, ==>KETIKA IBLIS BERTEMU RASULULLAH<==

Nama               : Apriyanto Muchid
Npm                : 10209647
Kls                    : 4 EA 16
Tulisan tujuh,  ==>KETIKA IBLIS BERTEMU RASULULLAH<==
Mata kuliah     : Etika Bisnis #
Dosen              : Sri Murtiasih


==>KETIKA IBLIS BERTEMU RASULULLAH<==

(Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas) Ketika kami
Sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat
Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:

“Wahai
penghuni rumah, bolehkah aku masuk ? Sebab kalian akan membutuhkanku.
” Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?” Kami menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau melanjutkan: “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.

” Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”. Rasulullah menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah
memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu
untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa
yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.

” Ibnu Abbas RA berkata: “Pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek
yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut
kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

” Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…” Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk
terlaknat, apa keperluanmu?” Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku,
namun karena terpaksa.”

Rasulullah bertanya: “Siapa yang memaksamu?” Iblis mejawab: Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan
berkata: “Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil
menundukkan diri.

Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda
manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah,
andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang
ditiup angin.

Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku.
Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.

” Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah
manusia yang paling kau benci?” Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah
yang paling aku benci.” Rasulullah: “Siapa selanjutnya?